Meski terdapat mistikus perempuan yang menulis di masa kemudian, otoritas untuk menuliskan narasi kekristenan dianggap hanya dimiliki oleh laki-laki.
Meski terdapat mistikus perempuan yang menulis di masa kemudian, otoritas untuk menuliskan narasi kekristenan dianggap hanya dimiliki oleh laki-laki.